Berbagai upacara mandi yang sering kita dengar dimasyarakat ialah upacara mandi menjelang kawin pertama kali, upacara mandi bagi seorang wanita yang pertama kali hamil, berbagai upacara mandi sebaagi cara penyembuhan, dan mandi sebagai salah satu syarat atau bentuk amalan.
Tidak semua wanita yang hamil pertama kali harus menjalani upacara mandi. Konon yang harus menjalaninya ialah yang keturunannya secara turun temurun memang harus menjalaninya. Pada upacara mandi hamil, mungkin si calon ibu sebenarnya bukan tergolong yang wajib menjalaninya, tetapi konon bayi yang dikandungnya mungkin mengharuskannya melalui ayahnya dan dengan demikian si calon ibu ini pun harus menjalaninya pula. Lalai melakukan upacara itu konon menyebabkan yang bersangkutan atau salah seorang anggota kerabat dekat “dipingit”. Sebagai akibat peristiwa “pemingitan” itu proses kelahiran berjalan lambat.
Seperti sudah dikemukakan di atas, tidak semua wanita hamil pertama kali harus melakukan upacara mandi. Yang harus melakukannya hanyalah mereka yang memang keturunan dari orang-orang yang selalu melaksanakannya. Namun dalam kenyataannya banyak ibu-ibu muda yang melaksanakan upacara itu dalam bentuknya yang sangat sederhana, meskipun konon sebenarnya tidak ada keharusan baginya untuk melakukan hal itu.
Untuk melaksanakan upacara ini kadang-kadang dipadakan saja dengan meminta banyu baya kepada seorang bidan, membuat banyu Yasin sendiri yang kemudian dicampur dengan bunga-bungaan dan melakukan sendiri upacara di rumah yang dibantu oleh wanita-wanita tua yang masih berhubungan kerabat dekat dengannya atau dengan suaminya.
Sebagai syarat melaksanakan upacara mandi ini disiapkan nasi ketan dengan inti, yang dimakan bersama setelah upacara selesai. Upacara mandi yang demikian sederhana ini sebenarnya juga dilaksanakan pada kehamilan ketiga, kelima dan seterusnya di Dalam Pagar dan sekitarnya, khususnya apabila terdapat kesukaran pada kehamilan sebelumnya.
Upacara kehamilan yang berupa upacara mandi tian mandaring sampai sekarang masih berlangsung terutama sering dilakukan di daerah-daerah pedesaan yang masih kuat dengan tradisi dalam kehidupan sehari-hari sedangkan pada masa perkotaan yang sudah mengalami perkembangan kemajuan alam pikiran dan teknologi sebagian telah meninggalkan beberapa upacara adat dan tidak lagi mengindahkan berupa hal-hal yang dipercayai yang bersifat mustahil. Kalaupun mereka lakukan, kadang-kadang sudah berpadu dengan unsur modern. Baik dalam adat upacara maupun dalam pelaksanaan upacara lebih menitik beratkan pada unsur-unsur yang praktis daripada unsur-unsur yang bersifat magis.
Bagi masyarakat Banjar yang masih memakai adat, terutama yang berhubungan dengan kehamilan dan kelahiran dengan segala pantangannya, dalam hal upacara adat selalu mereka selenggarakan walaupun diimplemantasikan dalam bentuk upacara yang sangat sederhana sekali sebatas sebagai persyaratan belaka. Karena mereka khawatir akan dapat berakibat buruk terhadap bayi yang dikandungnya apabila tidak melaksanakan upacara adat. Oleh karena tujuan utama penyelenggaraan upacara untuk mengusir roh-roh jahat yang dapat mengganggu kehamilan.
Adanya lapisan kebudayaan lama / asli dengan segala unsur religinya yang berakulturasi yang mana unsur agama lebih banyak sekali mempengaruhi adat istiadat kebudayaan masyarakat Banjar. Karena masyarakat Banjar merupakan penganut agama Islam yang kuat, namun walaupun demikian sebagian masyarakat Banjar masih mempercayai kepercayaan lama yang berupa kepercayaan terhadap roh-roh halus yang dapat mengganggu kehidupannya. Karena itu setiap upacara adat yang merupakan daur hidupnya suku Banjar dilaksanakan secara Islami namun tidak meninggalkan unsur kepercayaan lama, dan sampai sekarang masih berkembang di masyarakat walaupun sebagiannya sudah hampir punah.
Dikutip dari berbagai sumber
budimeeong said,
Desember 7, 2008 @ 8:57 am
Sebagian kecil masyarakat banjar sudah tidak menjalankan upacara adat ini dengan alasan bertolak belakang dengan agama..by the way bus way..Budaya memang harus dikembangkan..akan tetapi tidak terlalu jauh melenceng dari ajaran-ajaran agama…so…NICE BLOG..SALAM KENAL YA MBA… 😆
randualamsyah said,
Desember 15, 2008 @ 1:56 am
salam kenal ya…lamannya bagus. teduh. nanti sering kesini ah…
Ersis Warmansyah Abbas said,
Desember 17, 2008 @ 5:11 pm
Yap terus menulis, menulis, dan menulis
rifaimovic said,
Desember 20, 2008 @ 11:41 am
hemmm…baru tau kebudayaan banjar niiihhh…asal ga bertentangan dg islam kenapa tidak….??? main donk ke http://rifaimovic.wordpress.com
randualamsyah said,
Desember 21, 2008 @ 7:12 am
Saya mau sidak ni…Oh ternyata bagus aja…
randualamsyah said,
Desember 21, 2008 @ 7:14 am
nanti ajari saya hias-hias kaya gini, nagus dekornya…
taufik79 said,
Januari 1, 2009 @ 5:59 am
Ironis, adat Banjar ini sekarang sudah banyak ditinggalkan orang.
soulharmony said,
Januari 1, 2009 @ 7:00 am
saya undang anda untuk bergabung bersama komunitas blogger kalsel ‘kayuhbaimbai’ (http://kayuhbaimbai.org) atau (http//aruhblogger.com). Hubungi saya di 085251534313/7718393 mari kita dukung pelaksanaa ARUH BLOGGER 2009
Salam Blogger
chandra
airlangga19 said,
Januari 2, 2009 @ 2:36 am
Waah Ayik nech blognyaaa…. Good dech N salam kenal… 😉
airlangga19 said,
Januari 2, 2009 @ 2:52 pm
Tukeran link yuukk… hehee… 🙂
Esaul Daris said,
Januari 3, 2009 @ 2:51 pm
budaya perlu dijaga melalui pendidikan budaya bagi generasi muda…
btw.. Indonesia dikenal dunia karena budayanya…
bagdies said,
Januari 4, 2009 @ 6:25 am
kuliah dimana dink?? jurusan apa??
aku di kandangan jadi susuruhan orang haja dingai, tapi nyantai aja pang.
aku diam di wasah, kamu pang??
Anton said,
Januari 4, 2009 @ 1:36 pm
Ulasan yang bagus, kadang aku nggak percaya ama upacara2 kaya gituan….yang penting tu doa. Salam kenal 🙂 kunjungin dong blog aku… hehhe……
randy said,
Januari 8, 2009 @ 5:52 am
<
randy said,
Januari 8, 2009 @ 5:57 am
<< urang Banjar tapi belum pernah melihat upacara itu
omiyan said,
Januari 12, 2009 @ 6:49 am
hhmm semua daerah tetep sama cuman nama yang beda, tapi ya itu dia ada yang masih dijalankan ada juga yang ga dipake lagi
masicang said,
Januari 12, 2009 @ 1:55 pm
sepertinya memberangus TBC (Toghut, Bid’ah, churofat) didalam budaya yang majemuk seperti Indonesia adalah bukan perkara mudah
wahyu said,
Januari 13, 2009 @ 8:59 am
mancari bini dulu hanyar ba-mandi2 =))
sorry OOT
rizal619 said,
Januari 13, 2009 @ 2:50 pm
nah ini salah satu kekayaan budaya banjar yang mulai punah..duch malangnya nasibnya…:(
Jiwa Musik said,
Januari 14, 2009 @ 1:16 pm
gut, salam budaya nusantara!
terimakasih atas sharingnya
emyu said,
Maret 23, 2009 @ 8:40 am
i think
it’s good information
ardiansyah said,
Maret 25, 2010 @ 1:12 pm
kmi urang banjar yg ada di Riau, tembilahan
handak tahu apa2 hja kebudayaan leluhur banjar…
KEBUDAYAAN KALIMANTAN SELATAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEHIDUPAN SEHARI-HARI | yolitha371 said,
Maret 20, 2012 @ 7:03 am
[…] – https://miabu.wordpress.com/2008/12/07/upacara-mandi-hamil-pada-kebudayaan-banjar/ […]
Achmad Rosyidi Sabr said,
Maret 27, 2015 @ 6:42 pm
Upacara mandi hamil (mandi batian) adalah budaya masyarakat ningrat Banjar. Sekarang sudah hampir punah karena terkikis peradapan moderen atau berpindahnya masyarakat tsb. Ke daerah lain yg tidak mempunyai tradisi “mandi hamil” seperti keluarga kami yg sudah di tempat lain dan beradabtasi dg suku lain, sudah banyak mengabaikan budaya nenek moyangnya. Kalau terjadi suatu apapun baru menyadari bahwa ada tradisi yg ditinggalkannya..
Achmad Rosyidi Sabr said,
Maret 28, 2015 @ 12:11 am
Mandi hamil upacara intinya adalah sebuah permohonan dan do’a kepada Allah agar nanti anak yg dikandung itu lahir dg selamat serta menjadi anak yg berbakti pada orang tua(kuitan) dan ta’at pada ajaran agama Islam. Lalu setelah lahir adzanpun dikumandangkan oleh abahnya klo laki laki iqomah klo perempuan. Dan hingga dirayakanlah upacara naik ayun tasmiyah & aqiqah, bagi ningrat Banjar ayunan harus berkain kuning dg aneka hiasan…